Sabtu, 30 Mei 2009

Askeb Neonatus dengan Caput Succedaneum

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. “E” NCB UMUR 6 JAM
DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI RUANG NEONATUS
RSD MARDI WALUYO BLITAR


KARYA TULIS ILMIAH












Oleh :
FELING POLWANDARI
NIM : 2006.01.0184


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2008





KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada By. Ny. “ E “ NCB Umur 6 Jam Dengan Caput Succedaneum Di Ruang Neonatus“ dengan mengambil lokasi di RSD MARDI WALUYO BLITAR.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankan saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
a. Dr. Husain Abdurrahman, selaku Direktur RDS Mardi Waluyo blitar.
b. Ibu Enik Ekawati, Amd. Keb., selaku CI Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Biltar.
c. Ibu Dra. Soelijah Hadi, M.Kes, MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang.
d. Ibu Ruliati, SKM. selaku pembimbing yang telah banyak menghabiskan waktu pemikiran dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya, semoga bimbingan dan bantuan beliau dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Semoga Karya Tulis Ilmiah yang masih jauh dari kesempurnaan ini juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebidanan.


Jombang, April 2008

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 )
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari. ( www.begaul.com )
Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal. Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26.9/1.000 kelahiran hidup. ( www.tenaga-kesehatan.or.id )
Di Jawa Timur AKI dan AKB pada tahun 2006 adalah mencapai 72/100.000 kelahiran. ( www.dinkesjatim.go.id ).
Sedangkan untuk daerah Blitar sendiri pada tahun 2007 tercatat AKB sebesar 100,2/100.000 kelahiran hidup. Dan AKI sebesar 3,06/1.000 kelahiran hidup. ( www.dinkesblitar.go.id ).
Dan untuk masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo.
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi ( Abdul Bari Saifuddin, 2001 )
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. ( Helen Varney dkk, 2007 )
Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net )
Dan dari sumber lain caput akan menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. ( Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH )
Bahkan akan menghilang dalam 1 hari.
( www.ayahbunda-online.com ).
Perawatan kebidanan yang dilakukan adalah mengubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada sisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasi dengan tim pediatri. ( Helen Varney dkk, 2007 )
Penatalaksanaan caput succedaneum adalah bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal, awasi keadaan umum bayi, lingkungan harus dalam keadaan baik ( cukup ventilasi masuk sinar matahari ), pemberian ASI yang adekuat, mencegah terjadinya infeksi, memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang keadaan trauma pada bayi, parawatan bayi sehari-hari dan manfaat ASI.

1.2 Rumusan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir, maka pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan masalah asuhan kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

1.3 Tujuan Penulisan Asuhan Kebidanan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

1.3.2. Tujuan Khusus
Dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di RSD Mardi Waluyo Blitar, penulis diharapkan mampu :
1.3.2.1 Melakukan pengkajian data.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
1.3.2.3 Mengidentifikasi masalah potensial.
1.3.2.4 Mengidentifikasi kebutuhan segera.
1.3.2.5 Merumuskan suatu rencana tindakan yang komprehensif.
1.3.2.6 Melakukan tindakan menurut rencana.
1.3.2.7 Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.

1.4 Manfaat Penyusunan Asuhan Kebidanan
1.4.1 Manfaat teoritis
Manfaat temuan dari hasil Karya Tulis Ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan ( akademik ) adalah dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni serta diaplikasikan dalam asuhan keprofesian pada bayi khususnya bayi dengan caput succedaneum.
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Bagi lahan praktek
Dari hasil penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan pelayanan kepada bayi dengan caput succedaneum.
1.4.2.2 Bagi institusi pendidikan
Sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah yang dapat menambah bacaan semua pihak serta dapat menambah bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan pembanding dan penanganan kasus bayi dengan caput succedaneum, selain itu sebagai bukti telah melaksanakan tugas akhir.
1.4.2.3 Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatan untuk mempelajari lebih jauh permasalahan yang ada pada kasus bayi dengan caput succedaneum.
1.4.2.4 Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan masukan agar dapat memahami dengan menerima keadaan sehingga dapat mengambil suatu keputusan atau sikap sesuai dengan masalah, serta ikut memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang telah diberikan bidan atau petugas kesehatan.


1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode penulisan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus mencari gambaran yang lebih jelas tentang asuhan kebidanan pada klien dengan caput succedanaum.
1.5.2 Teknik pengumpulan data
1.5.2.1 Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan makalah yang ada hubungannya dengan masalah caput succedaneum. ( Nursalam, 2003 ; 50 )
1.5.2.2 Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung pada pasien, keluarga maupun dari tim kesehatan yang terkait sehingga mendapat permasalahan tentang pasien. ( Nursalam, 2003 ; 30 )
1.5.2.3 Pemeriksaan fisik
Yaitu pemerikasaan pada pasien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data yang objektif. ( Nursalam, 2003 ; 30 )
1.5.2.4 Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada pasien. ( Nursalam, 2003 ; 25 )

1.5.2.5 Studi dokumentasi
Yaitu dengan melihat catatan medis, status pasien maupun hasil pemeriksaan laboratorium. ( Nursalam, 2003 ; 25 )
1.5.2.6 Sumber data
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pasien.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh selain dari pasien yaitu dari keluarga, tim kesehatan dan dari hasil pemeriksaan penunjang.

1.6 Tempat dan Waktu
1.6.1 Tempat
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.
1.6.2 Waktu
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan pada tanggal 03 April 2008 jam 10.00 WIB.

1.7 Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan teknik pengumpulan data, tempat dan waktu pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari konsep dasar bayi baru lahir, konsep dasar caput succedaneum serta konsep asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum.
BAB III TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian data, identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi atau perencanaan, implementasi atau pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi hasil pengkajian sampai evaluasi, kesimpulan penulis terhadap data hasil asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan, interpretasi, kesimpulan dari asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan harus dikaji dari berbagai sudut teori ilmu yang sesuai.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori BBL
2.1.1 Definisi
Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 )
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
2.1.2 Karakteristik
Bayi baru lahir normal mempunyai berat badan lahir 2500 – 4000 gram, panjang badan lahir 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, bunyi detak jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 80x/ menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/ menit. Warna kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa, rambut lanugo tidak terlihat, kuku agak panjang dan lemas, genetalia pada wanita (labia mayor menutupi labia minor) dan pada laki-laki testis sudah turun.
Periode neonatal berlangsung segera bayi lahir sampai usia 28 hari. Pada aktivitas motorik aktif yang dilakukan bayi adalah menangis, oleh karena rasa tidak nyaman dan lapar. Tangis yang normal adalah kuat dan keras, tidak lemah atau nyaring, kekuatan dan pola menangis tergantung pada penyebab dan sejenis bahasa yang dapat dimengerti oleh orang tua. Pada keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan bernafas lambat serta teratur.
2.1.3 Aspek-Aspek Penting Dari Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
1. Jagalah bayi tetap kering dan hangat.
2. Usahakan adanya kontak kulit antara ibu dan bayinya sesegera mungkin.
( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
2.1.4 Periode Bayi Baru Lahir
2.1.4.1 Periode I : Reaktifitas (30 menit pertama setelah lahir)
Bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus dan mempunyai kemampuan menghisap yang sangat tinggi.
2.1.4.2 Periode II : Reaktifitas (2 – 5 jam)
Bayi bangun dari tidur yang nyenyak, denyut jantung dan pernafasan naik, pengeluaran mekoneum, urine dan menghisap.
2.1.4.3 Periode III : Stabilisasi (12 – 24 jam)
Kulit kemerahan dan hangat.


2.1.5 Reflek Pada bayi
2.1.5.1 Reflek pelindung
1. Reflek moro
Adalah rangsangan mendadak menyebabkan lengan terangkat ke atas dan ke bawah, terkejut dan rileksasi dengan lambat, timbul saat lahir sampai umur 6 bulan.
2. Tonick neck reflek (tonus leher)
Reflek kepala, lengan dan tungkai mengarah ke salah satu sisi relaksasi dengan lambat timbul saat lahir sampai umur 3-4 bulan.
3. Graps reflek (menggenggam)
Adalah bayi menggenggam setiap benda diletakkan ke dalam tangan cukup kuat menyebabkan tubuhnya terangkat, timbul saat lahir sampai usia 3-4 bulan.
4. Reflek berkedip ( Glabellar / Myerson’s )
Bayi baru lahir akan mengejapkan mata pada 4-5 ketukan pertama. Ketukan pada dahi, batang hidung atau maksila bayi baru lahir yang matanya sedang terbuka.
2.1.5.2 Reflek makan
1. Rooting refleks (reflek mencari puting)
Timbul saat lahir sampai umur 3-4 bulan.

2. Suckling reflek (reflek menghisap)
Timbul saat lahir sampai umur 3-4 bulan.
3. Swallowing reflek (reflek menelan)
Timbul saat lahir sampai mati.
2.1.5.3 Reflek babynski
Jari-jari kaki menekuk ke bawah saat jari-jari pemeriksa menyentuh pada pangkal jari kaki. Respon ini berkurang pada usia 8 bulan.
( Irene M. Bobak, RN, PhD, FAAN dkk, 2005 )
2.1.6 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Setelah Kelahiran
1. Sistem kardovaskuler
Foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen. Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun dan menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat dan menyebabkan foramen ovale menutup. Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50 mmHg, duktus arteriosus akan konstriksi ( PO2 janin = 27 mmHg ). Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligamentum. Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen.
2. Sistem hematopoiesis
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g / dl. Hematokrit bervariasi dari 44 % sampai 72 % dan hitung sel darah merah berkisar antara 5 sampai 7.5 juta / mm3. Secara berturut-turut, hemoglobin dan hitung sel darah merah menurun sampai mencapai kadar rata-rata 11 sampai 17 g / dl dan 4,2 sampai 5,2 / mm3 pada akhir bulan pertama. Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000 / mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir. Jumlah leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimorf ini , meningkat menjadi 23.000 sampai 24.000 / mm3 pada hari pertama setelah bayi lahir.
3. Sistem pernafasan
Tarikan napas pertama terjadi disebabkan oleh reflek yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran. Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotid menginisiatifkan ferlek neorologis ketika tekanan oksigen arteri menurun dari 80 menjadi 15 mmHg, tekanan karbondioksida arterimeniongkat dari 40
Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskular Pada BBL













































menjadi 70 mmHg dan Ph arteri menurun sampai dibawah 7,35. Setelah pernapasan mulai berfungsi, napas menjadi dangkal dan tidak teratur, bervariasi dari 30 sampai 60 kali per menit.
4. Sistem ginjal
Pada bayi baru lahir, sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mngeluarkan selama 12 jam sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6 sampai 10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukkan cairan yang cukup. Umunya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per hari.
5. Sistem cerna
Bayi baru lahir melakukan tiga sampai empat isapan kecil setiap kali menghisap. Pada bayi baru lahir cukup bulan, isapan lebih lama dan efisien, berlangsung hanya beberapa jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir tidak mampu memindahkan makanan dari bibir ke faring, sehingga puting susu ( atau botol susu ) harus diletakkan cukup dalam di mulut bayi. Aktifitas peristaltis esofagus belum dikoordinasi selama beberapa hari pertama kehidupan. Namun, dengan cepat akan menjadi pola yang terkoordinasi pada bayi normal dan mereka mampu menelan dengan mudah. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi. Beberapa faktor, seperti waktu pemberian makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta stres psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.
Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur-unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium pertama yang keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung bakteri. Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan kekenam. Feses transisi ( kecil-kecil, berwarna cokelat sampai hijau akibat adanya mekonium ) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak mengiritasi kulit bayi dengan konsistensi tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, tetapi tetap lunak berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas.
6. Sistem hepatika
Hiperbilirubinemia fisiologis
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin yang terlepas saat pemecahan sel darah merah dan mioglobin di dalam sel otot. Korones ( 1986 ) mencatat bahwa ikterik neonatus terjadi akibat hal-hal di bawah ini :
a. Bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi yang lebih tinggi. Jumlah sel darah merah janin per kilogram berat badannya lebih besar dari pada orang dewasa. Umur sel darah merah janin lebih pendek, 40 sampai 90 hari dibanding 120 hari pada orang dewasa.
b. Terdapat cukup banyak reasorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.
7. Sistem imun
Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami, seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta imunitas yang dimiliki ibu.
8. Sistem integumen
Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan ( merah daging ) beberapa jam setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat berbercak, terutama di daerah sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki sedikit terlihat sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianosis, disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, stasis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7 sampai 10 hari terutama bila terpajan pada udara dingin. Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan tampak gemuk. Lemak subkutan yang berakumulasi selama trimester akhir berfungsi menyekat bayi. Kulit mungkin agak ketat. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh retensi cairan. Lanugo halus dapat terlihat di wajah, bahu dan punggung. Edema wajah dan ekimosis ( memar ) dapat timbul akibat presentasi muka atau kelahiran dengan forsep.
9. Sistem reproduksi
Wanita
Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatka pengeluaran suatu cairan mukoid atau, kadang-kadang, pengeluaran bercak darah melalui vagina ( pseudomenstruasi ). Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutup vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.




Pria
Testis turun ke dalam skrotum pada 90 % bayi baur lahir laki-laki. Walaupun presentasi ini menurun pada kelahiran prematur, pada usia satu tahun insiden testis tidak turun pada semua anak laki-laki berjumlah kurang dari 1 %. Prepusium yang ketat seringkali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik ke belakang selama tiga sampai empat tahun. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel ( penimbunan cairan di sekitar testis ) sering terjadi dan biasanya akan mengecil tanpa pengobatan.
2.1.7 Penanganan Bayi Baru Lahir
1. Melakukan penilaian ( selintas )
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lekukan langkah resusitasi.
2. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi ), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
3. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Untuk pencegahan kehilangan panas karena bayi yang mengalami kehilangan panas beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal.
4.1 Mekanisme kehilangan panas
1) Evaporasi adalah kehilangan panas terjadi karena penguapan.
Contoh : Ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir akan menguap karena bayi tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbangan yang dingin (terbuat dari logam) akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh.
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat dengan benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
5. Mulai pemberian ASI/ ASI dini dan eksklusif
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan, antara
lain :
a. Merangsang produksi ASI.
b. Memperkuat reflek menghisap.
c. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.
e. Merangsang kontraksi uterus.
6. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangar rentan terhadap infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata : beri tetes mata atau salep antibiotik harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran dengan larutan perak nitrat 1% atau salep tetrasiklin 1% atau salep eritromisin 0,5%.
7. Pemberian imunisasi
( Asuhan Persalinan Normal, 2007 )
2.1.8 Tanda-Tanda Bahaya BBL
1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/ menit.
2. Kehangatan terlalu panas (>38oC atau terlalu dingin < a =" Diagnosis"> 9,5 cm.



b. Reflek pada bayi
2) Reflek pelindung
Reflek suckling lemah atau kuat.
Tonick neck reflek lemah atau kuat.
Graps reflek lemah atau kuat.
Reflek berkedip baik atau tidak.
3) Reflek makan
Reflek moro lemah atau kuat.
Reflek rooting lemah atau kuat.
Reflek swallowing lemah atau kuat.
4) Reflek babynski lemah atau kuat

2.3.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
DX : By. Ny. “…” cukup bulan umur 6 jam dengan caput succedaneum.
DS : Adanya komunikasi verbal baik dari orang tua, keluarga, tenaga kesehatan yang menyatakan tentang apa yang dialami bayi tersebut yaitu pada belakang kepala bayinya terdapat benjolan lunak.
DO : Semua hasil pemeriksaan yang menunjang diagnosa.
Keadaan umum : Aktif
TTV
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Nadi : 120 – 160x/ menit
RR : 40 – 60x/ menit
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mata : Konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih keruh atau ikterus.
Kepala : Terdapat caput succedaneum
Ekstremitas : Pergerakan aktif atau tidak, simetris atau tidak.
Integumen : Warna kulit kemerahan atau tidak.
b. Palpasi
Kepala : Teraba benjolan lunak melewati garis sutura.
c. Auskultasi
Dada : Ada atau tidak wheezing dan ronchi.
d. Pertumbuhan dan perkembangan
Reflek pada bayi lemah atau kuat.
Ukuran anthopometri
Berat badan : 2500 – 4000 gram
Panjang badan : 44 – 55 cm
Lingkar dada : 30 – 38 cm
Lingkar kepala : 32 – 37 cm
LILA : > 9,5 cm
Masalah I : Hipotermi
DS : Adanya komunikasi verbal antara ibu klien, keluarga dan para medis yang menyatakan tentang apa yang dialami oleh klien seperti akral dingin, merintih atau menggigil.
DO : KU baik
TTV
Suhu : <36,5>60x/ menit
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
Tarikan intercosta
Pernafasan megap-megap atau tidak teratur
Tangisan lemah atau merintih
Warna kulit pucat atau biru
Masalah IV : Hipertermi
DS : Adanya komunikasi verbal antara ibu klien, keluarga dan para medis yang menyatakan tentang hipertermi karena pengaruh lingkungan sekitar terhadap bayi.
DO : KU baik
TTV
Suhu : >37,5oC
Nadi : 120 – 160x/ menit
RR : 40 – 60x/ menit
Tanda rehidrasi
Berat badan turun
Turgor kulit kurang
Frekuensi BAK berkurang
Frekuensi pernafasan menngkat

2.3.3 Antisipasi Masalah Potensial
Adalah masalah yang mungkin timbul dan harus segera diatasi bila tidak akan membahayakan kesehatan klien seperti hipotermi asfiksia.

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan kesinambungan antara proses pelaksanaan dengan waktu yang digunakan atau kebutuhan data-data baru yang senantiasa dikumpulkan jika ada sesuatu yang membahayakan segera diupayakan penanganannya.

2.3.5 Intervensi
Adalah pengembangan rencana yang merupakan langkah selanjutnya setelah diagnosa ditegakkan dalam penyusunan rencana perlu disesuaikan dengan prioritas masalah secara menyeluruh yang meliputi 3 bagian yaitu tujuan, kriteria hasil dan intervensi.
Diagnosa : By. Ny “…” neonatus cukup bulan umur 6 jam dengan caput succedaneum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 1 x 24 jam diharapkan keadaan umum bayi sehat.
Kriteria hasil : KU baik
TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Nadi : 120 – 160x/ menit
RR : 40 – 60x/ menit
Kulit tubuh berwarna merah
Akral hangat
Kuku bayi tidak pucat
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Reflek rooting : Baik
Reflek suckling : Baik
Reflek swallowing : Baik
Integumen : Warna kemerahan, turgor baik, terdapat sedikit lanugo dan masih terdapat vernik kaseosa..
Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Benjolan caput succedaneum berkurang
Intervensi
1. Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.
Rasional : Terjadi hubungan yang baik dan menciptakan kepercayaan klien terhadap tenaga kesehatan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Rasional : Mencegah terjadi infeksi.
3. Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.
Rasional : Mencegah pelepasan panas secara evaporasi.
4. Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.
Rasional : Menjadikan lingkungan yang hangat dan mencegah hilangnya panas tubuh.


5. Observasi TTV setiap 6 jam
Rasional : TTV sebagai parameter untuk mengetahui keadaan pasien apakah dalam keadaan baik atau tidak.
6. Pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau infeksi droplet.
7. Pantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat.
Rasional : Membantu mencegah penyebaran infeksi ke bayi baru lahir.
8. Ajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir.
Rasional : Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi. Penggunaan sabun desinfektan efektif dalam melawan baik organisme gram positif dan gram negatif.
9. Gambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera.
Rasional : Mengurangi ansietas orang tua yang disebabkan kurangnya pemahaman.
10. Anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.
Rasional : Kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh bayi akan tercukupi dan dapat membantu mempercepat involusi uterus dan memberikan kesempatan untuk orang tua dan bayi baru lahir memulai pengenalan dan proses kedekatan.
11. Instruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi.
Rasional : Kelemahan reflek gag membuat bayi baru lahir cenderung untuk aspirasi. Memberi posisi bayi baru lahir pada abdomen atau miring dengan gulungan handuk di punggung memungkinkan drainase eksternal mukus atau muntahan, menurunkan resiko aspirasi. Bila bayi ditempatkan pada keranjang, kepala harus dinaikkan 30-45 o.
12. Ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar.
Rasional : Dengan perawatan tali pusat yang benar dapat mencegah terjadinya infeksi.
13. Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua..
Rasional : Meningkatkan pemahaman tentang perilaku bayi.

Masalah I : Hipotermi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 8 jam diharapkan masalah dapat teratasi.
Kriteria hasil : KU baik
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Bayi dapat menetek dengan kuat.
Badannya atau telapak kaki teraba hangat.
Pergerakan aktif.
Reflek rooting positif.
Reflek suckling positif.

Intervensi
1. Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.
Rasional : Asuhan yang akan diberikan berjalan lancar, jika ada kepercayaan antara ibu, keluarga klien dan tenaga kesehatan.
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini.
Rasional : Agar ibu dan keluarga bisa memahami dan bisa menerima kondisi bayinya bila dilakukan tindakan.
3. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
Rasional : Merupakan pencegahan infeksi.

4. Ganti popok bayi yang basah.
Rasional : Mencegah pelepasan panas secara evaporasi.
5. Selimuti bayi mulai kepala sampai kaki dengan kain kering.
Rasional : Agar bayi tetap hangat dan mencegah pelepasan panas.
6. Letakkan bayi di bawah lampu sorot atau inkubator.
Rasional : Mencegah kehilangan panas.
7. Letakkan bayi dekat ibu dengan metode kangguru.
Rasional : Bayi menjadi hangat karena adanya kontak langsung antar kulit bayi dan ibu.
8. Lanjutkan pemberian ASI sedikit-sedikit tapi sering.
Rasional : Mencegah hipoglikemi.
9. Lakukan dan beri konseling cara memberi reflek rooting dan posisi meneteki yang benar.
Rasional : Meningkatkan kemampuan menghisap atau meneteki bayi.
10. Observasi TTV.
Rasional : Suhu tubuh bayi sebagai deteksi dan perubahan dan kemajuan asuhan yang telah diberikan.
Masalah II : Asfiksia
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan respirasi normal.
Kriteria hasil : Respirasi dalam batas normal 40 – 60x/ menit
Tidak ada retraksi intercosta.
Tidak ada sianosis.
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak ada ronchi dan wheezing.
Intervensi
1. Menyiapkan tempat kering dan hangat saat melakukan pertolongan.
Rasional : Mencegah hipotermi.
2. Membersihkan jalan nafas dengan alat penghisap lendir.
Rasional : Membebaskan jalan nafas yang tersumbat lendir.
3. Menilai bayi dan melihat usaha nafas, denyut jantung dan warna lendirnya,
Rasional : Untuk memantau dan mengetahui bayi dalam keadaan normal.
4. Keringkan tubuh bayi dengan kain kering dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan panas tubuh secara evaporasi.
5. Memposisikan bayi dengan baik (kepala sedikit terngadah atau sedikit ekstensi dan menyangga bahu dengan kain).
Rasional : Menurunkan tekanan diafragma dengan posisi leher sedikit tengadah sehingga trakea membuka.
6. Lakukan rangsangan taktil.
Rasional : Menilai bayi untuk segera menangis.


Masalah III : Hipertermi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 8 jam suhu bayi kembali normal.
Kriteria hasil : KU baik
Suhu 36,5 – 37,5oC
BB meningkat.
Turgor kulit kembali normal.
Jumlah BAK sesuai.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga klien.
Rasional : Terjalin hubungan yang baik dan menciptakan kepercayaan terhadap tenaga kesehatan.
2. Pindahkan bayi ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar
26 – 28oC.
Rasional : Menurunkan suhu tubuh bayi.
3. Jika tubuh bayi dengan kain basah sampai suhu tubuh kembali normal.
Rasional : Kain basah dapat menurunkan suhu tubuh bayi.
4. Berikan antibiotik bila ada infeksi.
Rasional : Suhu tinggal merupakan salah satu indikasi infeksi



2.3.6 Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila dapat diterapkan berdasarkan hakekat masalah.
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan meliputi :
2.3.3.3 Tindakan kebidanan yang dapat dirasakan sendiri.
2.3.3.4 Penguasaan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
2.3.3.5 Mengamati hasil tindakan yang diberikan petugas kesehatan.

2.3.7 Evaluasi
Adalah seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria. Guna evaluasi ini adalah untuk menilai kemampuan dalam memberi asuhan kebidanan, menilai efektifitas serta berbagai umpan balik untuk memperbaiki, menyusun langkah baru dalam asuhan kebidanan, menunjang tanggung jawab dalam evaluasi menggunakan format SOAP yaitu :



S : Menggunakan pendokumentasian dengan mengumpulkan data dari klien melalui anamnesa.
O : Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes-tes diagnostik lain dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment.
A : Pendokumentasian hasil pemeriksaan analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif.
P : Pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assasment.


















BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
MRS : 03 April 2008 Jam : 04.00 WIB
Tanggal pengkajian : 03 April 2008 Jam : 10.00 WIB
No. register : 2777
Tempat : Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar
3.1.1 Data Subyektif
3.1.1.1 Biodata
Nama : By. Ny. “E”
Umur : 6 jam
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : I
Biodata orang tua
Nama : Ny. “E” Nama suami : Tn. “H”
Umur : 34 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Kawin ke : I Kawin ke : I
Lama kawin : 3 tahun Lama kawin : 3 tahun
Alamat : Jln. Kalimantan Gg. Buntu Blitar Alamat : Jln. Kalimantan Gg. Buntu Blitar
3.1.1.2 Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, kulit kemerahan, bernapas tanpa menggunakan alat bantu, gerakan aktif dan pada kepala bayi bagian belakang terdapat benjolan yang teraba lunak.
3.1.1.3 Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke 1 pada tanggal 03 April 2008 pada jam 04.00 WIB bayi lahir spontan, belakang kepala, tangis kuat, napas spontan, gerakan aktif, kulit kemerahan dengan jenis kelamin perempuan, ditolong bidan Ny. “S” dengan BBL : 3300 gram, PB : 50 cm, LD : 36 cm, MO : 39 cm, FO : 37 cm, SOB : 35 cm, A-S : 7 – 8 dan terdapat benjolan teraba lunak di belakang kepala.
3.1.1.4 Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit menurun seperti DM, jantung, asma dan tidak ada riwayat kembar.
3.1.1.5 Riwayat neonatal
a. Riwayat prenatal
Hamil ke : I
HPHT : 29 – 07 – 2007
HPL : 05 – 04 – 2008
UK : 39 minggu 5 hari
ANC
TM I : 3x di BPS Ny. “S”, dengan keluhan mual muntah.
TM II : 3x di BPS Ny. “S”, dengan tidak ada keluhan.
TM III : 4x di BPS Ny. “S”, dengan tidak ada keluhan.
Obat-obatan yang didapat :
TM I: B6 1x1 125 mg, Fe 1x1 500 mg, Vit. C 1x1 125 mg
TM II : Fe 1x1 500 mg, Kalk 1x1 125 mg, Vit. C 1x1 125 mg
TM III: Fe 1x1 500 mg, Kalk 1x1 125 mg, Vit. C 1x1 125 mg
Penyuluhan yang didapat :
TM I : Cukup istirahat, gizi seimbang, makan sedikit tapi sering dan kontrol 1 bulan atau bila ada keluhan
TM II : Senam hamil dan kontrol 1 bulan atau bila ada keluhan.



TM III : Perawatan payudara, beritahu tanda-tanda persalinan dan kontrol 1 minggu atau bila ada keluhan.
Imunisasi TT
TT CPW : 1x
Saat hamil 2x (UK 16 dan 20 minggu)
Gerakan janin dirasakan pada UK 16 minggu.

b. Riwayat natal
Bayi lahir pada kehamilan 40 minggu, merupakan kehamilan tunggal. Pada tanggal 02 April 2008 jam 12.00 WIB mengeluarkan lendir bercampur darah dan perutnya merasa kenceng-kenceng, kemudian ibu pergi ke bidan Ny. " S ". Dan jam 13.15 WIB DJJ Å 140 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan Ny. " S " dengan hasil Æ 1 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Jam 17.15 WIB DJJ Å 136 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan Ny. " S " dengan hasil Æ 4 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Kala I berjalan ± 15 jam, kemudian pada tanggal 03 April 2008 pukul 03.00 WIB bidan Ny. " S " merujuk pasien ke RSD Mardi Waluyo melalui UGD. Dan di ruang VK RSD Mardi Waluyo jam 03.15 WIB DJJ Å 136 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh Bidan Ny. " E " dengan hasil Æ 9 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Pukul 03.30 WIB terdapat tanda-tanda kala persalinan yaitu dorongan mengejan, tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka, dan dipimpin persalinan. Saat kala II keadaan umum ibu lelah sehingga dilakukan inform konsen untuk dilakukan persalinan dengan vakum ekstraksi. Pukul 03.45 WIB dipimpin persalinan dengan vakum ekstraksi dan pukul 04.00 WIB bayi lahir dengan ekstraksi vakum, belakang kepala, warna ketuban jernih, ketika lahir langsung menangis keras, bernapas spontan A-S : 7 – 8, gerakan aktif, tidak ada kelainan, jenis kelamin perempuan, BB : 3300 gram, PB : 50 cm, MO : 39 cm, FO : 37 cm dan SOB : 35 cm. Terdapat caput Succedaneum.

c. Riwayat post natal
Setelah lahir segera dibersihkan, dikeringkan, dihangatkan dan langsung diberi ASI setelah 30 menit. Dilakukan reflek rooting, suckling dan swallowing, tali pusat tidak berdarah, bayi diberi salep mata tetracycline 1% 2,5 mg dan diinjeksi vitamin K 1 mg IM.




3.1.1.6 Riwayat imunisasi
HB uniject 5
BCG 5
Polio 5555
DPT 555
Hepatitis 5
Campak 5
3.1.1.7 Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola nutrisi
Reflek rooting, reflek suckling dan reflek swallowing aktif.
Mendapat ASI ± 50 cc disertai ASI SGM ± 30 cc tidak tumpah.
b. Pola aktivitas
Saat pengkajian: Bayi tidur, terbangun saat bayi menetek dan menangis bila BAB dan BAK.
c. Pola istirahat
Saat pengkajian: Bayi tidur ± selama 3 jam dan terjaga saat pengkajian.
d. Pola eliminasi
Saat pengkajian: BAK 3x bau khas, warna kuning jernih.
BAB 1x, berupa mekoneum, warna hitam kehijauan, konsistensi lunak, bau khas.


e. Pola personal hygiene
Saat pengkajian: Bayi belum dimandikan sampai 6 jam setelah persalinan hanya dibersihkan dari sisa ketuban tanpa membersihkan vernik kaseosa pada tubuh bayi, ganti popok dengan segera setiap kali basah, BAK dan BAB.
3.1.2 Data Obyektif
3.1.2.1 Keadaan umum : Baik
BBL : 3300 gram
PB : 50 cm
LD : 36 cm
MO : 39 cm
FO : 37 cm
SOB : 35 cm
LILA : 10 cm
A-S : 7 – 8 .
3.1.2.2 TTV
Nadi : 140x/ menit
RR : 40x/ menit
Suhu : 36,8oC


3.1.2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam lurus merata, UUB belum menutup dan UUK sudah menutup, bentuk simetris, terdapat caput succedaneum, bersih, tidak cepal hematoma.
Muka : Bersih, tidak ada oedem, tidak puacat, tidak icterus.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih keruh, tidak ada sekret, terdapat bekas salep mata..
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak oedem, tidak ada miliasis.
Telinga : Simetris, sedikit kotor, terdapat sedikit lanugo.
Bibir : Bentuk normal, warna merah muda, bersih, tidak ada labio schizis dan labio palato schizis.
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Dada : Kedua putting susu simetris dan warna jaringan putting susu jelas ( kehitaman ), tidak ada benjolan, tidak ada tarikan intercosta.
Axilla : Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran limfe.
Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tali pusat bersih, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat.
Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida.
Genetalia : Labia mayora sudah menutup labia minora, tidak pseudomenorea, terdapat introitus vagina.
Anus : Tidak atresia ani.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari lengkap, tidak oedem, pergerakan aktif.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari lengkap, tidak oedem, pergerakan aktif, tidak ada perdarahan pada paha kiri bekas injeksi vitamin K.
Integumen : Tidak ada tanda lahir, warna kemerahan, turgor baik, terdapat sedikit lanugo dan masih terdapat vernik kaseosa..
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada oedem, tidak ada benjolan atau cekungan pada ubun-ubun tidak ada molase, tidak ada cepal hematoma dan terdapat caput succedaneum, teraba lunak melewati garis sutura.
Hidung : Tidak ada polip.
Mulut : Tidak ada sub mukosa yang terbelah, reflek rooting Å, reflek suckling Å, reflek swallowing Å.
Muka : Tidak oedem.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis, tonick neck reflek Å.
Dada : Tidak ada benjolan.
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : Tidak ada pembesaran hati (hepatomegali).
Punggung : Tidak ada benjolan spina bifida.
Ekstremitas atas : Graps reflek Å/Å.
Ekstremitas bawah : Babynski reflek Å/Å.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada terdengar ronchi dan wheezing, bunyi nafas normal atau bersih.
Abdomen : Terdengar bising usus 8x/menit.
d. Perkusi
Abdomen : Tidak meteorismus.

Reflek-reflek :
a. Reflek pelindung
Morro reflek : Å
Tonik neck reflek : Å
Grasp reflek : Å / Å
Reflek berkedip : Å / Å
b. Reflek makan
Rooting reflek : Å
Suckling reflek : Å
Swallowing reflek : Å
c. Reflek babynski : Å / Å
3.1.2.4 Pemerikasaan penunjang
Tidak ada
3.1.2.5 Terapi yang diberikan
- Ampicillin 125 mg im 2x / hari
- Vit. K 1 mg
- Salep mata 1 % 2,5 mg

3.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Dx : By. Ny. “E” NCB Umur 6 Jam dengan caput succedaneum.
DS : Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke I dengan normal, jenis kelamin perempuan pada tanggal 03 April 2008 jam 04.00 WIB dan mengatakan pada kepala bayinya teraba benjolan lunak.
DO : Keadaan umum cukup
TTV
Nadi : 140x/ menit
RR : 40x/menit
Suhu : 36,8oC
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
LD : 36 cm
LK : MO : 39 cm
FO : 37 cm
SOB : 35 cm
LILA : 10 cm
A-S : 7-8
Bayi menangis kuat
Reflek makan
Reflek rooting Å
Reflek swallowing Å
Reflek suckling Å
Reflek pelindung
Reflek moro Å
Reflek graps Å / Å
Reflek babynski Å / Å
Reflek berkedip Å / Å
Tonick neck reflek Å
Warna kulit kemerahan
Jenis kelamin perempuan
Inspeksi
Kepala : Kepala terdapat benjolan
Palpasi
Kepala : Terdapat caput succedaneum, teraba benjolan lunak melewati garis sutura

3.3 Antisipasi Masalah Potensial
Tidak ada

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada

3.5 Intervensi
Diagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 6Jam.
Masalah : Caput succedaneum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan keadaan umum bayi sehat.
Kriteria : TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Nadi : 120 – 160x/menit
RR : 40 – 60x/menit
Kulit tubuh berwarna merah
Akral hangat
Kuku bayi tidak pucat
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Reflek rooting : Å
Reflek suckling : Å
Reflek swallowing : Å
Integumen : Warna kemerahan, turgor baik, terdapat sedikit lanugo dan masih terdapat vernik kaseosa..
Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Benjolan caput succedaneum berkurang
Intervensi
1. Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.
Rasional : Terjadi hubungan yang baik dan menciptakan kepercayaan klien terhadap tenaga kesehatan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Rasional : Mencegah terjadi infeksi.
3. Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.
Rasional : Mencegah pelepasan panas secara evaporasi.
4. Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.
Rasional : Menjadikan lingkungan yang hangat dan mencegah hilangnya panas tubuh.
5. Observasi TTV setiap 6 jam
Rasional : TTV sebagai parameter untuk mengetahui keadaan pasien apakah dalam keadaan baik atau tidak.
6. Pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau infeksi droplet.
7. Pantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat.
Rasional : Membantu mencegah penyebaran infeksi ke bayi baru lahir.
8. Ajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir.
Rasional : Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi. Penggunaan sabun desinfektan efektif dalam melawan baik organisme gram positif dan gram negatif.
9. Gambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera.
Rasional : Mengurangi ansietas orang tua yang disebabkan kurangnya pemahaman.
10. Anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.
Rasional : Kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh bayi akan tercukupi dan dapat membantu mempercepat involusi uterus dan memberikan kesempatan untuk orang tua dan bayi baru lahir memulai pengenalan dan proses kedekatan.
11. Instruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi.
Rasional : Kelemahan reflek gag membuat bayi baru lahir cenderung untuk aspirasi. Memberi posisi bayi baru lahir pada abdomen atau miring dengan gulungan handuk di punggung memungkinkan drainase eksternal mukus atau muntahan, menurunkan resiko aspirasi. Bila bayi ditempatkan pada keranjang, kepala harus dinaikkan 30-45 o.
12. Ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar.
Rasional : Dengan perawatan tali pusat yang benar dapat mencegah terjadinya infeksi.
13. Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua..
Rasional : Meningkatkan pemahaman tentang perilaku bayi.



3.6 Implementasi
Tanggal : 03 April 2008 Jam : 10.15 WIB
Diagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 6Jam dengan caput succedaneum.
Implementasi
1. Jam 10.15 WIB
Melakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.
2. Jam 10.17 WIB
Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
3. Jam 10.18 WIB
engganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.
4. Jam 10.20 WIB
Meletakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.
5. Jam 11.00
Mengobservasi TTV setiap 6 jam
Hasil : Suhu : 36,8oC
Nadi : 140 x / menit
RR : 40 x / menit
6. Jam 11.15 WIB
Memelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.


7. Jam 15.00 WIB
Memantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat.
8. Jam 15.02 WIB
Mengajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir.
9. Jam 16.00 WIB
Menggambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera yaitu dengan tidak sering-sering mengangkat tubuh bayi dan memposisikan tidur bayi pada kepala yang tidak terdapat benjolan dan memberitahu orang tua bahwa benjolan pada kepala bayinya tidak perlu pengobatan. Jangan terlalu sering menyentuh benjolan pada bayi.
10. Jam 16.15 WIB
Menganjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.
11. Jam 16. 20 WIB
Menginstruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi.
12. Jam 05.00 WIB ( tanggal 04 April 2008 )
Mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar yaitu tidak membubuhkan apapun pada tali pusat dan tidak menutupnya dengan kassa.
13. Jam 10.15 WIB
Mendiskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua. Yaitu setelah periode reaktivitas pertama, bayi biasanya jatuh tertidur lelap, diikuti dengan periode kedua reaktivitas, yang meliputi terbangun, regurgitasi mukus, gag dan sering mengeluarkan feses mekonium pertama.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 04 April 2008 Jam : 10.15 WIB
Diagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 2 hari dengan caput succedaneum.
S : Ibu mengatakan benjolan lunak di kepala bayinya terlihat lebih kecil dari hari sebelumnya.
O : Keadaan umum baik
BB : 3.350 gr
TTV : Suhu : 36,7oC
Nadi : 140 x / mnt
RR : 40 x / mnt
Antropometri
MO : 38 cm
SOB : 35 cm
FO : 36 cm
Injeksi HB uniject dipaha kiri
Tangis kuat
Reflek rooting : Å
Reflek suckling : Å
Reflek swallowing : Å
Inspeksi
Kepala : Benjolan caput succedaneum berkurang
Palpasi
Kepala : Teraba benjolan caput succedaneum mengecil dengan hasil pengukuran 10 cm.
Integumen : Warna kulit kemerahan
Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi.
A : By. Ny. “E” NCB Umur 2 hari dengan caput succedaneum. Tujuan tercapai sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
2) Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.
3) Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.
4) Observasi TTV setiap 6 jam
5) Anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 05 April 2008 Jam : 10.15 WIB
Diagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 3 hari dengan caput succedaneum.
S : Ibu mengatakan benjolan lunak di kepala bayinya terlihat semakin lebih kecil dari hari sebelumnya.
O : Keadaan umum baik
BB : 3.400 gr
TTV : Suhu : 36,7oC
Nadi : 140 x / mnt
RR : 40 x / mnt
Antropometri
MO : 37 cm
SOB : 34 cm
FO : 35 cm
Tangis kuat
Reflek rooting : Å
Reflek suckling : Å
Reflek swallowing : Å
Inspeksi
Kepala : Benjolan caput succedaneum semakin berkurang dan mulai tidak terlihat.

Palpasi
Kepala : Teraba benjolan caput succedaneum lebih mengecil dari hari sebelumnya. Dengan hasil pengukuran 8 cm.
Integumen : Warna kulit kemerahan, tidak ada tanda lahir, turgor baik.
Abdomen : Tali pusat kering dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi.
A : By. Ny. “E” NCB Umur 3 hari dengan caput succedaneum. Tujuan tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan di rumah. Pasien pulang :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan kepada bayi.
2. Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.
3. Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.
HE :
1. Anjurkan ibu untuk kontrol 1 mg lagi
2. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI selama 6 bulan tanpa makanan pendamping ( ASI eksklusif ).
3. Segera bawa bayi ke tenaga kesehatan bila :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/ menit.
b. Kehangatan terlalu panas (>38oC atau terlalu dingin <>
c. Warna kuning (terutama 24 jam pertama) biru atau pucat, memar.
d. Pemberian makanan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar nanah dan bau busuk.
f. Tidak BAB dan BAK dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
g. Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa , lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang dan menangis terus-menerus.
h. bayi tidak mau minum, terlihat kekuningan, tali pusat berbau dan badan panas.













BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari studi kasus yang membahas tentang beberapa kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sehingga dari kesenjangan itu dapat dicari pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan asuhan kebidanan.
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. " E " NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

4.1 Pengkajian Data
Pengkajian dan pengumpulan data merupakan awal untuk mendapatkan data klien berupa data subyektif maupun obyektif ditunjang dengan pemeriksaan penunjang bila dibutuhkan. Dimana pengertian caput succedaneum sendiri adalah terjadinya edema di bawah kulit kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Saat melakukan pengkajian, dengan inspeksi ditemukan adanya benjolan pada kepala bayi dan dengan palpasi ditemukan adanya perabaan benjolan lunak melewati garis sutura pada kepala bayi. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.


4.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan
Pada teori didapatkan satu diagnosa kebidanan yaitu NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum dan dalam tinjauan teori terdapat penatalaksanaan bayi dengan caput succedaneum. Dan pada kenyataanya klien tidak mengalami masalah. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Pada langkah ini secara teori tidak terdapat komplikasi atau bahaya dari caput succedaneum hanya keluarga diharapkan tidak khawatir akan keadaan bayinya karena caput succedaneum akan menghilang dalam waktu 2-5 hari. Pada kasus ini tidak ada antisipasi masalah potensial dikarenakan tindakan pada caput succedaneum tidak diperlukan pengobatan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena pada caput succedaneum tidak perlu pengobatan hanya ASI tetap diberikan. Selain itu klien telah mendapatkan informasi tentang keadaan yang terjadi pada bayinya yaitu dengan caput succedaneum. Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.


4.5 Intervensi
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena perencanaan asuhan kebidanan yang disusun telah disesuaikan dengan yang ditemukan penulis. Dimana perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan tinjauan pustaka yaitu Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien, cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera, observasi TTV setiap 6 jam, letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi, pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi, pantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat, ajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir, gambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera, anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin, instruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi, ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar, diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4.6 Implementasi
Pada tahap implementasi penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai tujuan, kriteria dan waktu yang telah ditentukan dalam mengintervensi yang telah disusun, didukung oleh hubungan antara penulis sebagai petugas, klien, sarana dan prasarana. Jadi implementasi merupakan tindakan yang nyata yang dilakukan pada klien secara komprehensif dengan melihat kondisi klien dengan caput succedaneum. Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4.7 Evaluasi
Merupakan penilaian dari pelaksanaan sesuai dengan kriteria hasil dan alokasi waktu yang telah ditentukan. Keberhasilan evaluasi bergantung pada kerjasama antara pasien, keluarga, petugas serta sarana dan prasarana yang tersedia, juga penatalaksanaan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar kebidanan. Pada evaluasi didapatkan NCB umur 2 hari dengan caput succedaneum. Keadaan umum baik, BB : 3.350 gr, TTV ; Suhu : 36,7oC, Nadi : 140 x / mnt, RR : 40 x / mnt, antropometri ; MO : 38 cm, SOB : 35 cm, FO : 36 cm, injeksi HB uniject dipaha kiri, tangis kuat, reflek rooting : baik, reflek suckling : baik, reflek swallowing : baik, inspeksi kepala : benjolan caput succedaneum berkurang, palpasi kepala : teraba benjolan caput succedaneum mengecil, integumen, warna kulit kemerahan, abdomen : tali pusat basah dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi.

BAB V
PENUTUP

Dari hasil penyelesaian asuhan kebidanan pada By. Ny. " E " NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum, dapat diambil beberapa kesimpulan dari masing-masing langkah yang sasuai dengan 7 manajemen Hellen Varney sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan asuhan kebidanan pada By. Ny. “E” usia 6 jam di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar, maka penulis menarik kesimpulan dalam pengkajian ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama dengan berat badan 3300 gram, panjang badan 50 cm, jenis kelamin perempuan , S : 36,8oC, nadi 140x/ menit, pernafasan 40 x/ menit, reflek moro, suckling, babynski, tonick neck reflek dan graps reflek kuat. Inspeksi dan palpasi terdapat benjolan pada belakang kepala. Setelah dilakukan pemeriksaan dapat ditarik diagnosa By. Ny. “E” NCB Umur 6 Jam dengan caput succedaneum.
Dalam kasus ini tidak ada antisipasi masalah potensial sehingga identifikasi kebutuhan segera tidak ditemukan.
Rencana yang ditentukan pada kasus ini sesuai dengan perencanaan pada tinjauan kasus dimana pada penatalaksaan caput succedaneum ini seperti pada perawatan bayi normal lainnya hanya saat pemberian ASI dan tindakan lainnya bayi tidak boleh sering diangkat.
5.2 Saran
Setelah penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul " Asuhan Kebidanan Pada By. Ny. " E " NCB Umur 6 Jam Dengan Caput Succedaneum Di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar ". Penulis ingin menyampaikan saran untuk meningkatkan kwalitas baik dari penulisan maupun pelaksanaan asuhan kebidanan sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Lahan Praktek
Perkembangan ilmu pengetahuan dn teknologi mendorong beberapa teknis medik kesehatan menurut peran setiap petugas kesehatan untuk memperluas wawasan dan mempertinggi keterampilan guna diterapkan pada bayi dengan caput succedaneum.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dalam pemberian asuhan kebidanan memerlukan berbagai sumber kepustakaan. Untuk menambah pengetahuan dan materi tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum.
5.2.3 Bagi Penulis
Keseriusan dalam belajar, kemauan untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan sangat diperlukan guna mempertinggi kwalitas ilmu dan keterampilan.




5.2.4 Bagi Klien dan Keluarga
Sebaiknya mengikutsertakan suami dalam memberikan asuhan kebidanan, dukungan dan keaktifan dari keluarga khususnya sangat menunjang dalam mengatasi permasalahan klien.






















DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M., Deitra Leonard Lowdermilk & Margaret Duncan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Depkes, RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.


Dinkes RI. 2007. AKI Dan AKB Di Indonesia. From http://www.dinkes.go.id

Dinkes Jatim. 2007. Kematian Ibu Dan Bayi Di Jatim Sangat Memprihatinkan. From http://www.dikesjatim.go.id

Dinkes Blitar. 2007. AKI Dan AKB Di Blitar. From http://www.kabblitar.go.id/berita/detail.php?id

Doenges, Marlynn E., 2001. Rencana Perawatan maternal / Bayi Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Kosim, M. Sholeh, Achmad Surjono & Dwikisworo Setyowireni. 2005. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates

Rohsiswatmo, Rinawati. 2008. Trauma Kepala Bayi Baru Lahir. From http://www.ayahbunda-online.com/info-ayahbunda/info-detail.asp?id



Saifuddin, Abdul Bari, George Adriaansz, Gulardi Hahifa Wiknjosastro dan Djoko Waspodo. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari, George Adriaansz, Gulardi Hahifa Wiknjosastro dan Djoko Waspodo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Soelaeman, Riesnawiati. 2007. Awal Kehidupan Bayi. From http://www.begaul.com/pages/blog/showblog.php?blogid

Soelaeman, Riesnawiati. 2007. 24 Hal Penting Pada Hari-hari Pertama Bayi Anda. From http://www.anakku.net/wp/?p

Wong, Donna L., 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC